Surprise

“Kita beneran gak usah bawa makanan apa-apa, Rae?”

“Iya, Sayang. Kamu udah nanya berkali-kali, loh.”

Ini sudah ke enam atau tujuh kalinya Kayana bertanya hal yang sama, membuat Raechan gemas sendiri dibuatnya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Studio Jevan. Teman-teman mereka sudah berada di sana sejak pukul empat sore, sedangkan mereka baru bisa menyusul pada pukul tujuh malam setelah Kayana menyelesaikan tugasnya di LPP.

“Aku gak enak deh gak bawa apa-apa.”

Raechan menyentuh jari jemari Kayana dengan lembut dengan sebelah tangannya, sementara satu tangannya yang lain memegang setir mobil, “Gak papa, Sayang. Biasanya kalau mereka gak nitip apa-apa artinya di studio udah banyak makanan. Udah kamu tenang aja deh.”

Kayana mengangguk tenang kemudian menatap ke arah jalanan yang entah kenapa malam itu sangat lengang. Raechan membelokkan mobilnya ke sebuah perumahan dimana studio Jevan berada. Hanya membutuhkan lima menit dari pintu gerbang untuk sampai ke studio milik Jevan itu.

Setibanya di sana, Raechan memakirkan mobil di halaman samping. Kemudian dia meraih tas punggungnya sendiri dan tas milik Kayana dari bangku belakang dan keluar dari mobil. Mereka berjalan beriringan dan merasa sedikit heran kenapa tidak terdengar suara apapun dari dalam. Padahal biasanya suara teman-teman mereka itu bisa terdengar hingga keluar studio.

Raechan melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat dan membukakan pintu untuk Kayana. Mereka semakin heran karena suasana di dalam studio sangat gelap dan sepi sekali. Padahal jelas-jelas di depan studio tadi, Kayan dan Raechan melihat mobil Markio, Jevan dan juga Jaenandra—yang artinya mereka semua ada di sini.

Dengan terheran-heran mereka tetap masuk ke dalam studio, tangan Raechan meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu. Namun belum sampai dia menemukannya, sebuah cahaya lampu memantul dari sisi kanan studio, cahaya itu mengarah pada dinding di sebelah kiri. Awalnya itu hanya pantulan cahaya biasa lalu lama-lama sebuah video terputar di sana.

Dalam video itu terlihat potongan-potongan video momen saat mereka berlibur di pulau pribadi milik Jaenandra kemarin. Lalu tiba-tiba video itu berhenti, tergantikan oleh kalimat-kalimat yang ditulis entah oleh siapa,

Kak Kayana.... The moment Raechan told us that he wants you, we didn't believe that. Cause you know, he was such a bastard. It was strange to hear someone like him want to have a serious relationship with only one girl. But he shows us... He shows us that he really want you. Just for himself. He does everything to caught your attention. He puts his heart in everything he does. And we are glad you felt his sincerity.

Kak Kayana, He might be Raechan that always looks so playful and naughty. But Dama told us that he is a reliable big brother for Selo and him. And he is such a good friend for us.

So, Kak Kayana.... We are grateful that you are agree to be his girlfriend. We hope you guys have a long and healthy relationship.

With Love, Markio, Jevan, Jaenandra, Juan, Klarisa and Jelena.”

Lalu kalimat-kalimat itu tergantikan lagi dengan,

PS : We will show you the proof😋.”

Setelah itu, yang terlihat dalam video itu adalah puluhan tangkapan layar dari obrolan group Raechan dan sahabat-sahabatnya. Dari tangkapan layar itu Kayana bisa melihat berulang kali Raechan mengeluh karena Kayana mengabaikannya, lalu sesekali juga Raechan memamerkan kebahagiannya karena mendapat respon baik dari Kayana.

Tanpa sadar, butir-butir air mata turun begitu saja di pipi gadis cantik itu. Dia merasa begitu dicintai. Tidak hanya oleh Raechan, namun juga sahabat-sahabatnya.

Kayana belum pernah merasa sebahagia ini. Benar memang semenjak dulu banyak sekali yang mendekatinya, tapi tak ada yang memberinya perasaan “diinginkan”, “diterima” dan “dicintai” sebanyak yang Raechan berikan kepadanya.

Belum habis rasa haru Kayana, dari ruang band dia melihat cahaya lilin yang menyala-nyala. Dari cahaya temaram itu Kayana bisa melihat wajah berseri-seri mereka semua.

SUUUUURRRPRIIIISEEEE

Pekikan semangat itu diiringi dengan suara letupan party pooper.

“Tiup lilinnya dulu Rae, Kak.” Klarisa—si pemegang kue—mendekat pada mereka. Lalu Kayana dan Raechan meniup lilin itu bersamaan. Setelahnya, lampu studio menyala dan Kayana bisa menangkap senyum bahagia dari semua yang ada di sana.

“Selamat ya, Kak, udah jadi pacar Raechan. Betah-betah.” Jelena menyerahkan sebuket bunga lily putih pada Kayana dan mendekat untuk memberi pelukan.

“Makasih ya semuanya.” Hanya itu yang keluar dari mulut Kayana tapi dalam hatinya dia tidak berhenti bersyukur.

“Oke sekarang makan yuk? Gue laper banget sumpah, kalian lama banget datengnya.” Jevan berbicara sembari mengusap-usap perutnya.

“Halah ngerusak suasana aja lo.” hardik Juan kesal, tapi toh laki-laki itu juga ikut mencomot satu potong pizza dari meja.

“Eh, Rae, tadi pas di parkiran ada yang datengin gue sama Juan. Dia minta nomor lo, kayaknya kating.”

“Hah siapa, Jev?”

“Gak tau, kayaknya angkatan Kak Kayana sama Kak Kiyo.”

“Cowok?” tanya Raechan lagi.

“Iya, cowok. Katanya dia punya urusan sama lo.”

Raechan mengangguk sebagai jawaban untuk Jevan meskipun dia belum tahu siapa yang mencarinya itu.

Sedangkan Kayana saling lempar pandang dengan Markio, tanpa diketahui yang lainnya.