Narasi Keenambelas
Riuh suara tawa mengisi halaman belakang keluarga Minanta yang luas. Malam itu, seluruh pekerja kebun beserta anggota keluarga mereka berkumpul untuk merayakan pesta panen. Makanan tradisional hingga makanan yang kelas dunia tersaji di sana.
Saera membaur bersama para gadis, anak-anak dari orang-orang yang bekerja untuk ayahnya. Tak ada kesenjangan, mereka tampak akrab bak teman lama.
Di sisi lain, terlihat keluarga Davis juga berbaur dengan baik. Sebagian dari mereka asik mengobrol dan anggota yang lainnya sibuk menikmati makanan.
Tak ada yang merasa tak senang di pesta itu.
“Mbak, awet sekali lho sama Mas Kael. Bagi-bagi dong rahasinya, aku ndak bisa lho awet gitu kalau pacaran.” Seorang gadis yang mengenakan sweater berwarna abu-abu menyenggol lengan Saera dengan manja. Saera terkekeh lalu berbisik kepada gadis itu, “Gak tau juga apa rahasianya, beruntung aja aku mungkin.”
Gadis lain menyahut dari tempatnya berdiri, “Yo jelas awet to! Mbak Saera itu cuantik terus Mas Kaelnya juga guanteng wes pasangan cocok! Kalau mereka putus aku yang sedih!”
“Halah, kamu sedih karena kalau mereka putus nanti Mas Rayhan ndak kesini lagi to?!” Kelakar gadis bersweater abu-abu, membuat gadis yang lainnya terbahak-bahak.
“Heh ngawur kamu!”
“Eh, itu, itu, gebetanmu naik ke atas panggung itu! Mau ngapain dia?” Seorang gadis lain menepuk-nepuk gadis yang tadi dituduh menyukai Rayhan hingga semua perhatian gadis-gadis yang berdiri di sekitar Saera menatap ke arah panggung.
Dan saat Saera mengikuti tatapan mereka, didapatinya Rayhan dan Mikaelo sudah berdiri di atas panggung. Rayhan sedang sibuk menyesukaikan stand mic dengan tingginya, sedangkan Mikaelo sedang sibuk dengan gitar dan juga kursi yang baru saja diantarkan ke atas panggung oleh Azriel.
“Cek, cek, 1, 2, 3, hehehe.” Rayhan memulai pengecekan micnya, merebut seluruh atensi tamu pesta, “Permisi, Om Nata. Boleh kan saya dan kakak saya menyumbang lagu untuk pesta ini?” tanyanya dengan senyuman yang merayu.
“Silahkan, Nak. Ayo-ayo, Rayhan. Silahkan.” Nata mempersilahkan dengan semangat.
Setelah mendapat izin, alunan nada mulai mengalun dari petikan jari Mikaelo yang beradu dengan senar gitar yang ada dipangkuannya.
I was lost, I was tryna find the answer In the world around me I was going crazy All day all night
Suara Rayhan terdengar, begitu halus dan sopan masuk ke telinga semua orang yang ada di sana.
*You were the only one who understood me And all that I was going through Yeah I just gotta tell you Oh baby I
Rayhan berhenti disana, digantikan suara Mikaelo yang kini menyanyikan bait selanjutnya.
I could make it better I could hold you tighter Cause through the morning Oh you're the light And I almost lost ya But I can't forget ya Cause you were the reason that I survived
Meskipun jari-jarinya sibuk memetik senar gitar, Mikaelo menatap lurus ke arah Saera. Mengunci manik mata gadisnya itu. Senyumnya juga dikulum tipis. Membuat beberapa gadis menjerit kesenangan.
You were there for me through all the times I cried I was there for you but then I lost my mind I know that I messed up but I promise I Oh oh, I can make it right
Saera membalas senyuman itu. Merasakan gelenyar panas yang kini terasa di kedua pipinya. Dia yakin, saat ini pipinya sudah memerah.
Tanpa perlu dijelaskan, Saera tahu lagu itu sengaja Mikaelo nyanyikan untuknya. Liriknya begitu menggambarkan hubungan mereka. Terutama pada lirik I know that I messed up but I promise I, I can make it right.
Saera tahu, Mikaelo sedang meminta kesempatan kedua untuknya dengan cara yang manis. Dan Saera akan memberikannya, meskipun dia tahu kalau dia belum siap untuk berada pada hubungan apapun saat ini.
Setidaknya dia akan mengizinkan Mikaelo untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat rusak. Meskipun tidak ada jaminan kalau hubungan itu akan kembali baik.
Jari kelingking saera terangkat, digoyangkan jari kelingkinganya itu pelan untuk menarik perhatian Mikaelo, lalu dia berkata tanpa suara, “Promise me?“
Dari atas panggung, Mikaelo tersenyum lebih lebar. Dia mengangguk mantap, dan ikut berkata tanpa suara seperti apa yang Saera lakukan, “I promise you.”
All right All right Oh oh, I can make it right
All right All right Oh oh, I can make it right
Rayhan menutup lagu itu dengan begitu manis. Tepuk tangan yang ramai langsung menjadi hadiah untuk mereka berdua. Samar-samar dapat juga terlihat senyum bangga dari kedua orang tua mereka.
“Mantap, Mas, suarane!” Pujian itu terlontar dari salah seorang pekerja, “Tapi aku ndak mudeng itu tadi lagunya nyeritain apa, hahahahah. Tapi suaranya bagus pol, jadi tetap suka!”
“Makane belajar bahasa inggris, Pak No. Hahahaha.” Timpal pekerja yang lain.
“Hooh ya nanti tak daftar les bahasa inggris di kota! Mbak Saera, kalau balik ke kota, Pak No ikut ya!”
Mendengar percakapan dua pekerjanya, Nata langsung berdiri dengan kedua tangan diletakkan di pinggang, pura-pura marah, “Oh, tak ketak kamu, No! Nanti kudaku siapa yang urus! Udah ndak usah aneh-aneh!”
Tidak ada satupun dari orang-orang yang ada disana yang tidak tertawa mendengar obrolan hangat itu. Pesta ini semakin terasa meriah, semakin membuat senang. Membuat Saera terlarut hingga dia tidak menyadari kalau Mikaelo sudah berdiri di dekatnya dengan sebuah gelas di tangan, “Minum?” tawarnya.
Saera meraih gelas itu, “Makasih.” ucapnya.
“Waduh, temen-temen, pindah yuk pindah. Supaya ndak ganggu.” Gadis bersweater abu-abu kembali berucap, menarik lengan teman-temannya untuk menjauh dari Mikaelo dan Saera.
“Pengertian banget mereka.” Mikaelo berbisik pelan. Namun Saera tidak menjawab karena dia sibuk menyembunyikan pipinya yang kembali memanas.