Dari Mikaelo untuk Saera

Beberapa dari adikku merasa marah Bahkan juga kedua orang tuaku “Kenapa tak kau paksa saja dia untuk meridhoi kisah cintamu?” tanya mereka malam itu Diam-diam aku juga memaki diriku sendiri Kenapa tak melawan? Kenapa hanya diam?

Lalu sayup-sayup Dari kejauhan Tepatnya dari ingatan masa lalu Aku seperti tertampar Teringat air mata yang menetes tak karuan

Lalu sebuah suara muncul “Apa kamu yakin air mata itu tak akan turun lagi?”

Aku diam Tak tahu harus berkata apa Keyakinan diri yang bak bagunan tua roboh tanpa sisa

Aku ingin kamu, Saera Tapi orang tuamu juga mau kamu

Bila bisa ku memohon, pasti akan aku lakukan

Tapi si bodoh ini terlalu pecundang untuk menjadi kesatria Dia tak percaya dengan dirinya sendiri, Saera

Tak apa ya? Kamu cari saja bahagiamu Agar aku terkungkung penyesalan tiada akhir