Catch Me if You Can
Sembilan orang laki-laki duduk bersebelahan di sofa abu-abu tua yang berbentuk setengah lingkaran. Belum ada pembicaraan sama sekali di antara mereka sejak dipersilakan untuk masuk ke ruangan. Mulut mereka terkunci rapat, masih enggan untuk saling menyapa.
Masih dalam keheningan, tiba-tiba mereka mendengar suara pintu utama terbuka. Masuklah sembilan orang perempuan dengan wajah yang semuanya berseri-seri. Para gadis itu menunduk malu-malu dan menyapa. Kemudian ikut duduk di ruang kosong sofa abu-abu tua.
Sama, para gadis itu melakukan hal yang sama dengan para laki-laki yang sudah lebih dulu tiba dibanding mereka. Diam, enggan berkenalan.
Hingga masuklah seorang perempuan berusia awal 30 an yang menyedot seluruh perhatian siapapun yang ada di ruangan itu.
“Selamat malam, teman-teman semua. Perkenalkan, saya Maya Hapsari, produser untuk acara ini,” mulai wanita berwibawa itu. “tadi semuanya udah ikut briefing kan ya sebelum masuk ke sini?”
Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan kompak.
“Oke good. Jadi temen-temen, sesuai dengan tema acaranya, temen-temen dipersilahkan untuk saling mengenal selama waktu yang udah kita sepakati yaitu 30 hari. Temen-temen diharuskan untuk selalu berada di lingkungan vila ini, kecuali di saat-saat tertentu ketika kita memang ada jadwal untuk keluar ya temen-temen ya. Di setiap sudut vila ini sudah dilengkapi dengan kamera, kecuali kamar mandi dan ruang ganti, staff hanya akan mengawasi dari jauh. Temen-temen juga akan selalu mengenakan microphone kecuali saat mandi dan tidur,” jelas wanita itu lagi, kali ini sambil tersenyum ramah.
“Untuk hal lainnya sih sesuai dengan briefing tadi ya, saya rasa temen-temen udah paham semua. Udah gak sabar, kan, pengen saling kenalan?”
Sekali lagi, pertanyaan yang keluar dari mulut wanita itu hanya dijawab dengan anggukan.
“Oke kalau begitu saya dan para staff untuk acara ini pamit dulu untuk ke area monitoring.”
Setelah wanita itu pergi, yang terjadi di dalam ruangan hanyalah adegan saling lirik. Suara yang terdengar di sana hanyalah deru nafas dan detik jarum jam. Hal itu berlangsung beberapa menit hingga akhirnya salah seorang dari mereka berusara.
“Nama gue Aaron Harold,” mulai laki-laki setinggi lebih dari 180cm dan rambut sedikit gondrong, “panggil aja Aaron, umur gue 27 tahun ini.”
“Gue Sandiaga Vidor, panggil aja Sandi,” sambar laki-laki berambut paling gondrong di antara yang lainnya, wajahnya keras dan tatapannya tajam. “gue juga 27 tahun.”
“Saya...”
“Gue....”
Ucap dua orang berbarengan. Keduanya terlihat sangat bertolak belakang, yang satu terlihat begitu santun dengan kemeja putih yang digulung setengah lengan sementara yang satunya mengenakan kaus berwarna hitam dengan gambar aneh di bagian dengannya.
“Kamu aja dulu,” ucap si laki-laki berkemeja.
Si laki-laki berkaus hitam mengangguk ramah. “Malam semuanya, nama gue Utara Anuraji, panggil aja Tara. Dan kebetulan umur gue juga 27 tahun ini.”
“Wah, keren banget pada seumuran,” sambar seorang laki-laki yang sepertinya tingginya tidak begitu jauh dengan Aaron. “Nama gue Adnan Gumilang, terserah mau panggil Adnan atau Gilang, dua-duanya gue suka. Atau kalau mbak yang pake dress hitam mau manggil sayang juga boleh,” tambah laki-laki itu. Membuat suasana di ruangan sedikit mencair karena ucapannya yang nyeleneh.
“Mas, maaf nih saya sela jadinya. Sekarang giliran Masnya ayo kenalan,” kata Adnan lagi merajuk pada laki-laki berkemeja putih.
Yang ditunjuk hanya tersenyum sopan kemudian menegakkan duduknya, “Saya Abhima Sakti, biasa dipanggil Bhima. Usia saya 28 tahun.”
“Wah gak keliatan umur 28 ya.” Seseorang yang duduk di paling pinggir berkomentar. “Masih imut banget,” tambahnya lagi.
“Lo juga masih keliatan bocah banget, umur berapa lo?” tanya Sandi.
“Saya baru 22 tahun, Bang.”
“Widih, masih mahasiswa ya?Nama lo siapa?”
“Saya Ata, Bang. Gentala Hastanta.”
Sandi hanya manggut-manggut mendengarnya.
Seorang laki-laki dengan lesung di kedua pipinya berdehem sebelum berkata, “Gue Elang Daniswara, panggil aja Elang,” katanya cuek, dia bahkan tidak menyebutkan usianya.
Sekarang tersisa dua orang yang duduk bersebalahan. Salah satunya mengenakan kaus putih dilapisi dengan jaket jeans. Sementara yang satu lagi mengenakan kaus berwarna abu-abu muda dan topi hitam yang dikenakan secara terbalik.
“Gue Ranu Saban, panggil aja Ranu. Umur gue 26 tahun,” si laki-laki berjaket jeans memperkenalkan diri.
“Gue Kaylo Salim, panggil aja Kaylo. Gue setahun lebih tua dari Ata, 23 tahun.”
“Okeee, sekarang udah selesai ya para bujangnya. Gantian dong, Mbak-Mbak manis yang perkenalan. Terutama mbak yang pake dress hitam.”
Merasa dirinya sudah disebut dua kali, si gadis bergaun hitam tersenyum manis. “Saya Kayla, Kayla Rajatmana. Saya seumuran sama Adnan, Aaron dan Sandi.”
“Loh, tapi namanya mirip Kaylo ya. Kayla, Kaylo. Jangan-jangan kakak-adik nih,” goda Adnan.
“Hah? Nggak kok, saya anak tunggal. Eh ayo, yang lain kenalan juga,” sanggah Kayla langsung memberi waktu pada teman-teman yang lain untuk berkenalan.
“Halo, selamat malam semuanya. Perkenalkan, saya Anindita, panggil Nindi aja. Umur saya baru 20 tahun ini.” Seorang gadis cantik dengan setelan warna kalem memperkenalkan diri. Dilanjutkan gadis di sebelahnya yang memiliki tubuh berisi. “Saya Dyah Gayatri, panggil saja Dyah. Saya usianya 24 tahun.” ucapnya dengan logat jawa yang kental.
“Kalau gue, nama gue Yolanda Adiguna.” Singkat dan padat kata gadis yang sedang memeuluk ransel hitamnya.
Setelah itu satu persatu gadis memperkenalkan diri.
Gadis cantik berambut sebahu dengan pakaian santai memperkenalkan dirinya sebagai Keshia Larasati, seusia dengan Mikaylo.
Gadis cantik lainnya, yang tampak menonjol dengan aksesoris dan tas mewah memperkenalkan dirinya sebagai Angelica Hartono, gadis itu seusia dengan Adnan, 24 tahun.
Perkenalan terus berlanjut pada gadis yang terlihat begitu berbeda dengan Angelica. Riasan wajahnya sederhana, rambutnya juga ditata seadanya. Perempuan itu menunduk saat memperkenalkan diri. Namanya Joana Sarah Ameera. Menurut keterangannya, dia seusia dengan Bhima.
Tiga orang terakhir memperkenalkan diri sebagai,
Erica Klea Danuarta, berusia 22 tahun. Gadis periang yang mengenakan baju berwarna pink muda.
Zahra Ayla Rasyid, berusia 23 tahun. Gadis itu tampak percaya diri dengan pakaian serba hitamnya.
Lalu yang terakhir Iyona Febilia, usianya 26 tahun.
Setelah acara perkenalan panjang itu, mereka berbincang-bincang lama. Berusaha saling mengenal. Ada beberapa juga yang langsung saling menggoda. Mereka mempersiapkan diri untuk 30 hari yang dimulai sejak hari ini. Dimana mereka mungkin akan keluar dari vila ini dengan menggandeng tangan orang terkasih atau bisa juga keluar seorang diri karena tidak berhasil bertemu tambatan hati.
Semuanya akan terangkum pada kamera-kamera yang merekam dari setiap sudut. Lalu setelah disunting, rekaman itu akan ditayangkan pada kanal youtube milik sebuah rumah produksi dengan judul “Cath Me if You Can”.